we r different.....;
“ msh nge_net trus..?!” tanya sang kakak yang
suaranya tiba-tiba mengagetkanku dari balik pintu
“iyya, lagi dead line neeh..!!” jawabku dengan
memainkan jari-jariku di atas keypad
“kaya wartawan aja..!! senyumnya samar yang
masih dari balik pintu
“he’em emergency neeh, besok pagi dah harus terbit..!!”
“jam berapa…?!” tanyanya nyegir
“pokokoknya sebelum matahari terbit..!!” jawabku terdengar serius
“dasar anak g jelas..!!” timpanya dengan tawa
yang aneh
Kata tidak jelas itu sudah jadi nyanyian di kupingku setiap dia
melihatku dengan kesibukan yang menurutnya mungkin tidak jelas juga, yang
hampir setiap saat waktuku kuhabiskan dalam kamar dengan laptop yang sama
sekali jarang terlihat off, entah apa yang aku lakukan yang pasti tidak membuat
mata dan otakku bosan.
“masih ngenet…?!” tanyanya masih dengan gaya yang sama
“ada apa lagi, perasaan baru 10 menit dech..!?” jawabku kesal lalu
mengahampirinya
“yeewwwhhh matanya dah merah, msih juga dipaksain, tuch ada
telpon dari Fikha” ucapnya
ketus
Wajahku sedikit datar menuju ruang keluarga yang jaraknya tak
jauh dari kamarku
“halo sista, kenapa” tanyaku lembut
“dari tadi aku hubungin tapi ponsel kamu engga aktif-aktif..!?”
“sorry, lagi di charge..!”
“besok jam satu siang ketemu di tempat biasa..!!”
“ngapain..??” tanyaku
aneh dengan mengerutkan dahi
“besok aja di bahas..!!” pesannya singkat
Tak tahu apa yang ada dalam pikiranku saat itu yang aku rasa ada
sesuatu yang tak jelas tak seperti biasanya.
Pukul 01.07 siang aku sudah duduk di tempat yang Fikha janjikan
tapi tidak dengannya yang mungkin sedikit
telat. 20 menit berlalu aku hanya terdiam tapi tidak dengan jari-jariku
yang sedari tadi sibuk ngutak-ngatik ponsel mulai dari browsing ampe YMan…!!
“ sorry sist telat, tadi di jalan macet” kata
pertama yang dia ucapkan dengan wajah sedikit merasa bersalah lalu menarik
kursi yang ada di depanku
“santai aja sist..!!”
“tumben ngajak ketemu di luar, biasanya sista datang sendiri ke
rumah..??” tanyaku polos
“engga apa-apa, cuma mau ngobrol aja, kangen..!!”
jawabnya senyum yang sudah jadi ciri khasnya
“kangen,, kaya’ seminggu aja baru ketemu..!!”
senyumku dengan sedikit aneh
“oh yach gimana kabar Iraz..!!”
tanyanya singkat
“baik..!!” jawabku tapi tidak dengan
otakku yang mungkin sedikit aneh karena pertanyaannya
“ada apa sist, koq liatnya kaya githu..??”
“aakhh engga apa-apa” jawabku sambil sedikit memalingkan muka
“sist, aku kesini mau ngobrol banyak, jadi engga usah
basa-basi..!!
“sist, ada apa seeh,, aneh..!!” tanyaku sedikit kesal
“kamu sist yang aneh, kenapa harus Iraz yang cerita ke aku..!!
“ooowwwhhh jadi udah tahu..!?” tanyaku dengan nada rendah
“cmon sist, tell me whts goin’ on..?!” tanyanya
penasaran
“bingung aku ceritanya sist..!!”
Fikha sejenak terdiam mentap mataku yang mulai sedikit berkaca
“sudah 4 tahun kan sista..??”
tanyanya dengan suara lembut
Kuanggukkan kepala membenarkan ucapannya
“ok.., aku bukan cuma ngerti tapi q juga bisa ngerasain perasaan
kamu sist..!!” ucapnya lagi dengan suara yang sama seakan ingin memelukku
“sist, engga ada alasan lagi buatku bertahan, dan aku engga
punya alasan lagi buat nahan Iraz..!!” kumulai cerita pada Fikha, dari awalnya dia hanya terdiam tak
lain bermaksud menunggu aku bercerita sampai selesai tanpa harus memotong
pembicaraanku
“engga bisa kupungkiri kalau aku engga bisa merelakannya, sakit
sist, sangat sakit, secara apa yang dilakukan selama ini padaku..!!” Fikha
masih terdiam begitupun duduknya yang tak pernah beranjak.
“apa karena alasan itu sist..??”
tanyanya
“iyya”
“apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu..??”
“iyya..!!” jawabku terdengar ragu
“dari awal aku sudah bilang sist, tapi aku juga engga mungkin
ngalangin perasaan kamu..!!
“kenapa sist..??” tanyaku dengan air mata yang tak tertahan lagi
“begitulah cinta sist, kalau sudah berpihak, logika kadang
terabaikan..!!”
“tapi…??”
“denger aku sist, bukan aku engga suka, tapi kalau boleh jujur
aku engga yakin dengan kalian berdua..!!”
“kenapa..?!” tanyaku
seakan memaksanya
Fikha diam seakan ikut larut dalam kesedihanku, dan tetap saja terdiam
seakan tak sanggup menjelaskan ucapannya , tapi aku tahu maksudnya, akupun terdiam
entah apa yang aku liat diskitarku.
“sista yang sabar yach..!!”
ucapnya dengan memegang ke dua tanganku
Ku coba terus terdiam tapi hati terus menggeliat seakan memaksaku
tuk berontak, wajahku menunduk menatap hampa entah apa yang jelas dalam
benakku, tapi semua nampak samar karena mataku terus berkaca.
“aku selalu berdoa, bukan hanya saat aku
selesai bersujud yang selalu jadi kebiasaanku di setiap waktu, dalam doaku selalu
kupanjatkan setiap pinta dan asaku pada TUHAN,
kujelaskan juga tentang diriku dan
dirinya, aku hanya menerka-nerka, dengan aku bercerita TUHANpun akan tersnyum
mendengarnya meski aku dan dia menyembahnya dengan cara yang berbeda..!!”
ucapku dengan menekan nada suaraku tapi tidak dengan air mataku yang terus
mengalir
“kamu engga salah sist, begitupun dengan
Iraz, hanya saja kalian berbeda, beda keyakinan, cara beribadah, begitupun yang
kalian sembah, semua nampak jelas, begitupun tujuan hidup kalian, semua
berbeda. Kamu tahu kan sist setiap ciptaan TUHAN menginginkan yang seimbang dan
saling melengkapi..!!” jelas Fikha dengan kata-kata yang jelas
tanpa jeda yang membuat aku tak bisa menahan air mataku, hatiku sakit teriris
Kepalaku masih tertunduk entah seperti apa tatapan Fikha
terhadapku
“seburuk itukah aku yang di anggap melanggar
norma agama, sampai aku menyerah pada hukum agama karena semua menganggapku
salah. Ingin sekali kuteriakkan pada mereka bahwa aku bukanlah pendosa, ingin juga
kujelaskan bahwa aku dan dia tak begitu hina yang terpikir oleh mereka. Aku
hanya menjadi diri sendiri tapi kenapa cinta kita dianggap sampah oleh mereka
yang memandang kami, salahkah cinta yang menyatukan kami dengan perannya yang seharusnya. Aku juga termasuk mahluk
kecintaan Tuhan seperti yang lainnya, aku juga tak pernah melanggar asusila,
tidak tahukah mereka kalau sekalipun dia menyentuhku tak pernah selain menjabat
tanganku, tak tahukah mereka tentang tutur katanya yang begitu lembut dan
terjaga, tak tahukah mereka seperti apa dia memandang wanita yang begitu
berharga, baginya menyayangiku seperti ibunya dan menjagaku seprti adik
wanitanya, trus kenapa kami masih begitu
terlihat tolol oleh mereka..??” sontak kata-kata itu spontan
terlepas dari bibirku yang merasa tak pantas akan hujatan mereka.
“sudahlah sist jangan ditangisi,
kenyataan memang seperti ini, tanpa logika perasaan akan membuatmu jatuh
terpuruk..!!”
Aku berusaha menahan air mataku meski kadang tak sanggup, kucoba
tersenyum simpul tapi tidak hatiku, jelas aku belum bisa menahan rasa sakitku
tentang Iraz, tentangnya yang begitu istimewa, seakan aku tak punya alasan
untuk membencinya seperti aku yang tak punya alasan untuk meninggalkannya,
semua indah saat bersamanya seperti tak ada celah sediktpun, dia begitu hebat,
hebat dalam segala hal meski usianya lebih muda dariku, dia sosok yang dewasa
dan cukup bijak. Buatnya aku adalah masa depannya yang selalu buatnya bertahan
untuk menunggu, semua mimpi indahnya telah ia ciptakan untuk dijadikan
kenyataan saat aku dan dia bersama. Banyak, sangat banyak harapan dan mimpi
kita yang selalu menjadikannya sebuah doa.
Air mataku tak bisa mengelak, semua menetes secepat arus. Ingin
sekali aku bercerita tentangnya pada Fikha, sehebat apa Iraz tapi semakin aku
mengingatnya tak banyak yang bisa terucap selain air mata.
“sudahlah sist, aku engga bisa liat kamu seperti ini..?!”
“aku belum yakin dengan semua ini, kenapa harus aku..!?
Aku terus menjelaskan sedikit tentang Iraz, tentangnya yang
begitu penyayang. Kujabarkan 1 per 1 seperti apa aku mengenalnya. Kurangkai
kata agar terdengar sempurna, sesempurna tulusnya padaku. Fikha menatapku tajam
dan menyentuh ke dua pipiku dengan tangannya yang lembut seraya menyeka air
mataku yang menetes dan terus menetes.
Dengan berdirinya Iraz di
depanku begitu sangat mengagetkanku bak shock terapi yang akut.
“aku mengajak Iraz juga, biar
masalahnya clear, karena bagi Iraz itu hanya alasan sepihak darimu..!!”
pernyataan Fikha membuat jantungku tak hanya akut karena kaget tapi juga
menjadi kronis. Betapa tak berdayanya aku di depan Iraz yang terus menatapku
tanpa suara.
“gimana raz, apa masih kurang
jelas..??” tanya Fikha ke Iraz
“cukup”
jawabnya singkat yang mungkin menjawab semua alasan aku meninggalkannya
Kuberanjak mendekati Iraz yang masih menatapku tanpa suara, tak
ada gerak dari tubuhnya sedikitpun tapi matanya begitu berbicara tentangku.
Perlahan kumeraih tangannya, tangannya yang terbiasa menjagaku.
“dosakah
aku bb [beib], salahkah aku bb, aku hanya menyayangimu, aku hanya ingin
mendampingimu..!! kukatakan pada Iraz yang perlahan memeluk tubuhku untuk pertama
kalinya
Iraz tak mampu menjawab tanyaku. Detak jantungnya begitu cepat
terdengar ditelingaku tanpa irama saat kepalaku bersandar di dadanya yang cukup
bidang buatku, tubuhku begitu hangat sehangat darahku yang mengalir dari arteri
sampai vena.
“bb, tolong jawab aku..!?” pintaku manja
“bb, pilihanmu tak salah, tak ada yang
salah, begitupun mereka meski mereka tak bisa menghakimi kita, karena mereka
tak tahu tentang kita, tapi mereka melakukan yang menurutnya benar, yang pasti
terbaik buat bb..!! jawabnya lembut
“bagaimana dengan bb..??”tanyaku menarik bajunya
yang tersentuh olehku
“entahlah..!!” jawabnya masih memelukku
erat
Air mataku terus dan terus mengalir tanpa henti, kutarik bajunya
perlahan kutepuk dadanya yang jantungnya masih berdetak kencang tanpa irama.
Ada setetes air yang jatuh di ujung lenganku. Kupandangi wajahnya yang tenang, pipinya
beruarai air mata. Kali pertama aku melihatnya seperti itu.
Fikha menyaksikan kisahku. Sedikit tersenyum tapi tak bisa
menutupi air matanya yang juga menetes. Entah apa yang ada dibenaknya.
“ bb, apa dunia sedang memainkan perannya..??”
tanyaku sdikit mengisak air mataku yang masih menetes
“iyya..!!”
“bb, apa aku memang tak pantas buat bb..?!”
“bukan bb tapi kenyataan yang menganggap kita tak pantas
buatnya..!!”
Tak sekejap pun Iraz melepaskan pelukannya, air matanya masih
sedikit menetes. Langit seketika menjadi gelap tapi belum bisa menyamai hatiku
saat itu. Udara dingin menghampiriku memasuki setiap rongga dan celah kulitku,
seakan bertiup melalui pori-pori tapi tak bisa menembus darahku yang terus
hangat karena Iraz.
Iraz menghela nafasnya yang
panjang lalu melepas pelukannya dariku.
“bb masih percaya sama aku..??” tanyanya dengan memegang lembut ke
dua pipiku
“iyya..!!” jawabku pelan dengan tetesan air mata
“tak ada yang bisa dilakukan lagi. Semua tak percuma hanya saja
takdir telah melakukan tugasnya dengan sempurna.!!”
Tak bisa kuberucap,
bernafaspun seakan tak mampu tapi aku terus menatap tajam matanya yang tak
pernah teralihkan dariku
“kenapa perbedaan itu
begitu asing buat kita, kenapa cinta tak bisa menyatukannya, bukankah cinta
berperan sebagai penyatu apa pun..??” tanyaku yang merasa tak
adil dengan semuanya
“iyya..!!”
“tp kenapa cinta tak melakukan tugasnya..??”
“dilakukan bb..!!”
“tapi kenapa dengan memisahkan kita..??”
“bb pernah bilang kalau cinta terkalahkan oleh logika, awalnya
aku ragu, terus bb bilang lagi sedang logika terkalahkan oleh iman, aku baru
sadar kalau ucapan bb begitu terdengar sempurna, sesempurna kisah kita yang
menggantungkan kesedihan..!!” ucapnya menjabarkan
pernyataanku saat bahagia masih berpihak pada kita
Kupandangi wajahnya dengan mata yang memerah karena air mata
yang seakan penuh pertanyaan tanpa ujung
“bb,
jangan kamu menangis lagi, bukankah banyak bahagia yang kita lewati bersama
meski tak jarang aku buatmu bersedih, bb tolong jangan kamu menangis lagi,
kisah kita bukan romeo dan juliet lagi..!!” diucapnya perlahan dengan mata
berkaca
Kuanggukkan kepalaku
perlahan. Angin kencang hanya bisa berlalu dariku yang masih tak mampu
mengeringkan air mataku dan menenangkan hatiku.
“bb, relakan aku pergi yach, tapi kalau nanti kita bisa bersama
lagi tolong bb jangan pernah lepaskan aku lagi..!!” ucapnya seakan berbisik ditelingaku
berharap aku mengiyakan pintanya
Sangat tak bisa
kugambarkan hatiku saat itu, ragaku terasa hancur berantakan, air mataku laksana
hujan, dengan petir adalah isak tangisku, seakan aku murka dengan keputusanku
sendiri. Sungguh hebat sehebat senyumnya yang begitu merapuhkan pandanganku
akan sosoknya..!!
full luv treeznacarter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar